Senin, 24 Januari 2011

JEDA WAKTU

Aku berdiri di batas rona fajar
Menatap rindu seranting dahan
Saat perlahan embun bergulir, ingin kutahan
Tak tertahan
Jatuh di tanah, musnah

Ternyata,
Hanyalah jeda membuai anganku
Seketika detik memanggil lembaran lalu
Lembaran yang paling ingin kubuang
Dari catatan perjalanan cinta
Yang kukira telah merona rekah

Menguatkan lagi pikir
Gerangan apa gerimis malam tadi
Memanggil badai keharibaan
Sungguh aku kelelahan
Membangun sebuah keyakinan

Engkau semakin terbang tinggi
Mendekap keraguan di hati
Aku di bawahmu menatap rindu
Kau tanggalkan sayap itu
Lalu datang hampiri aku

DAUN TERAKHIR

Apa yang ada di benakmu
Ketika selembar daun kering jatuh,
di pangkuanmu
Bertuliskan namaku
Layu, tapi penuh guratan cinta
Yang ditempa waktu,
pun namamu

Adalah daun terakhir
Dari ranting yang kering
Dari musim semi yang terakhir

Ketika itu senja merayu angin
Melipat musim di kelopak asa
Asa yang terakhir
dariku

KEPADA JIWA YANG TERSAKITI

Terlintas masa yang telah terlewati
Bertopeng jiwa temukan jati diri
Menapaki terjalan tebing di hati
Terperosok ke lembah sunyi

Maksud hati menebar benih
Kuncup tumbuh serupa perih
Menjelma serumpun mawar berduri
Tak ayal melukai insani

Wahai jiwa yang tersakiti
Kini musim tlah berganti
Kudekap sesalku sepenuh harap
Lukamu sirna dalam sekejap

Wahai jiwa yang tersakiti
Kini musim tlah berganti
Bila lukamu tak jua terobati
Aku di sini untuk kau ''ludahi''

Senin, 17 Januari 2011

LUKISAN MOYANGKU

Mentari masih tersipu malu, saat terdengar denyit pintu bambu
Rupanya moyangku dengan wajah sedikit sayu,
karena mimpi-mimpi indah tak mampu terayu
Siap bergegas kelabuhi waktu, petakan harap pada titik nadir hari
Kala itu belum lagi tanak sebulir padi yang menyendiri
Langkahmu gontai, namun ikhlas memapah jiwa tuamu
Permadani dari rumput dan kerikil, bertasbih atas namamu
Lumpur hitam bersekat-sekat pematang adalah kanvasmu
Tintamu adalah keringat-keringat yang tak pernah berhenti diperas waktu.......''Hingga karyamu ada padaku''

Sampai disini aku tertunduk malu, tak mampu lanjutkan ingatanku
Anak desa yang merantau ke kota, mencabik-cabik lukisan moyangnya

Yaa Rabb,....bukan inginku, Yaa Rabb,....ampuni aku
Sebulir padi mati ditanganku, seremah nasi kini kuratapi

Kamis, 13 Januari 2011

GEMBALA CINTA.........( PUTRI MALU )

Diatas padang kehidupan kugembalakan cintaku.....
Mengais rumput ilalang menggapai bahagia.........
Nampak berwibawa menghijau pohon daun cintanya......
Kuteduhkan jiwaku......
Ah......... perlahan namun pasti......
Bunga putri malu mulai menyubur.......
Tatkala kesejukan raga berbisikan nafas cintamu......
Menggoda nian terurai bunganya....
Setajam kepedihan duri menjaganya......
Akupun terusik.....
Kaupinta kupisahkan duri dari bunganya.....
Putri malupun Tetap abadi,Senyawa dan Sehati......
Diantara kecantikan yang berduri......
Dan aku hanya................?????????




By Pakdhe Temon

Rabu, 12 Januari 2011

TERBANG KE AWAN


Bersandarlah sejenak kau di bahuku
Kutahu lelah mulai menghampiri
Menjadi auramu

Rasakan hangat dari detak jantungku
Yang tak pernah berhenti mengeja kata
Aku cinta padamu

Kelabuhi saja senggang di sudut waktu
Kita bakar gairah yang ada

Biarkan menjadi kepulan asap putih
Membumbung tinggi menyapa angin
Menyapu awan
Dan kita dipuncaknya
Menjadi sepasang merpati memadu kasih

Senin, 10 Januari 2011

SAJADAH ITU SEPERTI MATANYA

Begitu sunyi
malam tadi kucium sajadah
lalu kuingat bahwa rerumput
membasah
seperti matanya,
mungkin..
ada sepenggal puisi
tentang kabut yg lirih dan slalu resah
juga langit yg mendesah
seperti nafasnya, barangkali

malam tadipun aku terbangun
sajadah itu seperti matanya
agar puas kuciumi
hingga titik nadir kerinduan



By Murni Aty