Senin, 27 Desember 2010

SAJAK YANG HILANG

Lembar ini kosong, tanpa goresan tanpa tulisan
Sedianya sebagai sebuah persinggahan senja
Manakala deru waktu rambati usia
Semoga kata-kata mampu kurangkai sempurna
Dihiasi sejuta rona wajahmu pada tepiannya


Lembar ini masih kosong duhai adinda
Masih bimbang, mencari kata yang sempurna
Menuangkan apa yang kurasa saat engkau tak ada
Melukiskan gelapnya dunia tanpa sinar kasihmu


Aku berlari ke pantai, melarung imagi ke lautan
Berburu mutiara dasar samudera
Kabarnya moyang pujangga bersemayam di sana
Terkubur bersama untaian syair terindah


Setelah itu kucoba daki puncak tertinggi
Mengetuk pondokan pertapa tua
Selepas dia tuntaskan semedinya
Kan ku minta nasihat dan petuah
Sebagai bingkisan mantra terindah


Bersabarlah sekejap saja adinda
Sampai kutemukan sajak yang hilang
Lalu kita bersama-sama lagi
Menari dan bersenandung di genang cahaya bulan
Sampai fajar hantarkan setetes embun di dahan

Minggu, 19 Desember 2010

HUJAN KUTUKAN RINDU

Seperti gemuruh peluru waktu
Menghujani
aku, tenggelamkanmu
Tapi basah ini masih milikku
Seperti musim-musim yang lalu

Pulas di nadiku sesekali terhenti
Tersedak sembilu rindu
Lalu angan mencari - cari lagi
Seraut wajah ayu milikmu

Selalu sukmaku gontai
Tersudut dibibir ngarai
Dari jauh engkau terus melambai
Seperti kutukan tak kunjung usai

DIBURU RINDU

Diantara sunyi mengalir di nadi

Ada rindu yang paling ingin kubunuh

Adalah wajah ayumu menjadi candu

Rasaku tak sempurna, mengiba pada langit

Berharap waktu memanggilku

Melintas cahaya ke masa dulu kala

Dimana tak ada rindu memburuku

MENDADAK SYAHDU

Hanya butuh kehangatanmu
Lalu kebekuan ini pergi
Menggamit embun pagi
Bercengkrama di atas dahan
Lalu sepasang pipit menatap cemburu
Dan kicaunya mendadak syahdu
Dari ujung daun termuda
Kupu - kupu perlahan siuman
Mencari - cari pena guratkan rasa
Pada setangkai kuncup terakhir
Menuliskan kata
''dari kuncup mekarlah cinta''

Sabtu, 18 Desember 2010

DIAM


Seketika jiwa terpasung rasa bingung...
Dan sekian lama hanya bisa diam...
Apapun yang terjadi....hanya bisa diam....
Semua tak pernah tau...apa yang bergolak dibalik kediamanku....?????

Dalam diamku...otakku bergelut hebat....
Jiwaku bertempur dengan kodrat...
Tapi...hati ini juga....berpacu denagn rasa....
Dengan gejolak....dengan rindu....dengan dendam....

Lelahku dalam diam ini....tak kuasa bergeming....
Letihku dalam diam ini....seolah lemah...
Tak bergairah....

Semua menutup mata...tak peduli aku siapa...
Semua tutup telinga....seakan suara lantangku tak pernah dikumandangkan....

segera beranjak dari diam yang tak bermakna...
Hanya detak jantung yang tak beraturan....
Kesal????? Apa massh mungkin????
Menghindar????? Bukan maksud seperti itu...
Satu keputusan harus segera kupilih.....
Pergi dalam diam...meski itu bukan yang terbaik...
Setidaknya....masih ada makna....







By Dian Maharanie

Selasa, 14 Desember 2010

NAKHODA DAN SAMPAN

Ini adalah sampan
Dimana aku berdiri congkak
Sebagai nahkoda
Meski badai luluh lantakan
Takkan kutukar kapal pesiar
Meski terombang - ambing di lautan
Aku tetap bertahan
Sampai pulau impian
Atau mati tenggelam
Entah

Senin, 29 November 2010

LELAKI KELAK ENGKAU SENDIRI


Aku bukanlah Brahmana
yang santun berpetuah
Tak jarang nasihatku tak
ubahnya amarah
Tapi rasa ini sama
Seperti leluhurku memeluk
dengan cinta

Engkau lelaki kelak sendiri
Syair lagu yang harus kau
resapi
Dunia kita buatlah tak serupa
Raihlah kasta yang berbeda

Tak usah menjadi bintang
Lakulah yang mesti
benderang
Lalu tunjukan pada setiap
orang
Engkau layak tuk dikenang

Senin, 02 Agustus 2010

CERMIN RETAK SERIBU

Aku hanya cermin retak nak....
Jauhkan sayapmu dari wajahku
Lalu tinggalkan sejenak kuasmu
Tulislah saja retakku, jadikan pelajaran

Tak usah di bingkai nak.....
Bingkai itu untukmu
Untuk pelangi di kanvas putih hatimu
Yang kau lukis di pematang hari

Terbanglah bebas seperti kupu-kupu
Hinggaplah sesukamu
Pada mahkota harum bunga-bunga
Resaplah setiap wangi menjadi guru sejati

Lalu kembalilah
Teteskan air matamu di wajahku
Saat duri lukai hati dan tubuhmu
Ada kilau untukmu dari cermin retak seribu