Minggu, 03 Juli 2011

TITIK JENUH

Lalu,...
Ada rasa yang kucoba patahkan
Dengan jemari yang tak lagi kekar

Aku bukanlah insan yang tegar
Hanyalah tak sudi terkapar

Dan ini,...
Adalah titik pertemuan
Yang tak pernah menjadi harapan

Mencoba,...
Untuk kalahkan

TAK SEKUAT BADAI

Semilir angin membelai membuai
Diri sekejap terlarut
Pada mimpi,
Pada angan semu
Buyar lalu

Mungkin,
Harusnya bersahabat dengan badai
Mencoba kalahkan kerasnya kehidupan
Namun,
Bagaimana bila aku yang terhempas
Terkapar
Menjadi puing
Menjadi serpihan-serpihan

Lalu?,
Apalagi ?

HANYA MEMENDAM HASRAT


Ah engkau.....
Semakin lekat dibenak
Goyahkan tempatku berpijak
Seperti tak bertumpu.....selalu padamu

Pagi maafkan aku
Tak jua sempurnakanmu
Dia masih jauh dari jangkauan jemari
Hanyalah rindu kian tak terperi

Atau sabar sejenak hasrat hati
Kita cumbui mimpi-mimpi
Walau mungkin takkan pernah pasti
Namun takkan pernah mati

Senyummu

Dimataku ada senyum-senyum manismu
Menjadi binar menatap langkahku ke depan

Dan ini hanyalah tekad yang mulai sekarat
Tapi kuyakin takan pernah mati
Manakala senyum-senyummu masih menemani

Sedikit tanya, tapi tak usah kau jawab
Sampai kapan senyum-senyummu merekah indah ?

Ya, adalah tantangan terbesar hidupku
Menjaga senyum-senyum indahmu
Tapi senyum-senyum indahmu adalah bara semangatku

Wahai adinda
Duhai suluh lelampa
Senyummu adalah jiwa

RASA YANG HILANG


Kau melukis hiruk pikuk rasa
Berkecamuk dalam dada tanpa rupa
Tak pernah ku tahu dimana kau dapatkan tinta
Sedang ku dahaga penghapus rasa

Dari setiap jengkal nadi terus coba kuikuti
Meski ku tahu tempatmu paling sembunyi
Menjadi batas antara hidup dan mati
Sedang engkau tak pernah mati

Bersandar lagi di dinding hati
Menghitung lagi hari demi hari
Selalu bimbang datang menghampiri
Akankah kembali rasa yang memberi......

Ah..... kadang kuberpikir engkau tlah hilang
Dan aku tetaplah pecundang
Mati di benak-benak tersayang
Tak elok tuk di kenang